NEW YORK, KOMPAS.com — Semua orang tentu setuju dengan pendapat bahwa menerapkan disiplin kepada anak adalah tanggung jawab setiap orangtua. Namun, dalam penerapannya, menegakkan disiplin tidak selalu mudah. Bahkan, tak jarang orangtua menerapkan hukuman fisik ringan, seperti memukul pantat atau menjewer telinga anak.
Penerapan hukuman badan ini memang masih menjadi sebuah perdebatan. Para ahli kesehatan anak di Amerika Serikat bahkan tidak pernah merekomendasikan memukul pantat atau dikenal dengan istilah spanking kepada anak-anak karena hukuman fisik ini tidak efektif dalam mengubah perilaku untuk jangka panjang.
Tingkat efektivitas hukuman fisik ini pun kini semakin dipertanyakan setelah sebuah riset menunjukkan, tindakan spanking justru dapat memicu perilaku agresif anak. Menurut kajian terbaru yang bakal dirilis jurnal Pediatrics, anak-anak yang sering dipukul pada usia tiga tahun cenderung berperilaku lebih agresif saat menginjak usia lima tahun.
Studi terbaru ini pun sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa anak korban spanking memiliki skor IQ lebih rendah dan cenderung mudah terkena masalah kecemasan, gangguan perilaku, terlibat tindak kejahatan, depresi, dan penyalahgunaan alkohol.
2.500 responden
Para ahli dari Tulane University School of Public Health melakukan kajian tentang tindakan spanking dan perilaku agresif anak ini dengan melibatkan 2.500 ibu di seluruh Amerika Serikat. Hampir setengahnya mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir mereka tak pernah memukul anaknya pada usia tiga tahun. Sedangkan 27,9 persen mengakui pernah sesekali atau dua kali memukul, dan 26,5 persen ibu mengaku melakukan spanking lebih dari dua kali.
Dua tahun kemudian, para ibu yang sering memukul dilaporkan mengeluhkan tentang perilaku anak-anaknya. Tingkat agresivitas anak-anak memasuki usia lima tahun relatif menjadi lebih tinggi, yang ditunjukkan dengan perilaku membantah, berteriak, berkelahi, menghancurkan benda, atau bahkan bullying (kekerasan terhadap teman).
Kesimpulan penelitian pun tetap kuat, bahkan setelah mempehitungkan sejumlah faktor yang dapat memengaruhi, seperti adanya kekerasan atau agresi dalam keluarga dan silsilah orang tua, depresi, dan penyalahgunaan alkohol atau narkoba.
"Banyak cara untuk menerapkan kedisiplinan kepada anak secara efektif tanpa harus memukul mereka dan benar-benar bisa dapat menekan risiko menjadi lebih agresif," ungkap penulis riset Catherine Taylor.
"Jadi, kabar baiknya adalah para orangtua tidak perlu harus mengandalkan hukuman fisik, seperti memukul pantat, untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan," demikian Taylor.
Selasa, 13 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar